Jika 3 Perang Ini Terjadi , Diperkirakan Benua Asia Akan Musnah



Konflik Perebutan Kekuasaan Oleh China Dan India

Di tengah situasi batas globalisasi gelombang ketiga yang penuh ketidakpastian belakangan ini, telah mendorong terjadinya eskalasi ketegangan di berbagai wilayah dunia. Demikian pula konflik perbatasan antara Cina-India – dua negara yang di gadang-gadang bakal menjadi kekuatan ekonomi nomor satu dan tiga dunia.


Tensi ketegangan antara India dan Cina terus meningkat saat pemerintah Cina sekali lagi mendesak India untuk segera menarik pasukannya dari Dataran Tinggi Doklam – menyusul pernyataan Kementerian Luar Negeri Cina yang mengatakan bahwa India telah menempatkan pasukan dan memperbaiki jalan di sepanjang perbatasannya.




Tentara Pembebasan Rakyat atau The People’s Liberation Army (PLA) dilaporkan telah mulai membangun pusat komando pasukan militer di Dataran Tinggi Doklam yang disengketakan China dan India. Beberapa bulan belakangan, tentara China dan India kerap terlibat perkelahian di Doklam.

Arab Saudi Dan Iran 



Arab Saudi dan Iran - negara tetangga yang sama-sama berkuasa - terlibat dalam persaingan ketat mendapatkan dominasi di wilayah Timur Tengah.

Perseteruan puluhan tahun di antara mereka diperparah oleh perbedaan agama. Mereka masing-masing adalah pengikut salah satu dari dua sekte utama dalam Islam - sebagian besar Iran adalah Muslim Syiah, sementara Arab Saudi melihat negara mereka sebagai kekuatan Muslim Sunni terkemuka.

Persaingan strategis memanas karena Iran dalam banyak hal memenangkan persaingan regional.

Di Suriah, dukungan Iran (dan Rusia) untuk Presiden Bashar al-Assad mengalihkan sebagian besar kelompok-kelompok pemberontak yang didukung oleh Arab Saudi.


Korut Dan Amerika Serikat 

Wakil Duta Besar Korut untuk PBB, Kim In Ryong mengatakan bahwa AS merupakan "akar penyebab semua masalah". Dikatakannya, pemerintah AS telah memberikan sinyal akan kemungkinan digelarnya dialog antara kedua negara, namun yang terpenting adalah "bukan kata-kata, tapi tindakan."




Sebelumnya pada April lalu, Presiden AS Donald Trump mengingatkan kemungkinan "konflik yang besar" dengan Korut terkait program nuklir dan rudalnya. Namun kemudian Trump mengubah nada bicaranya dengan mengatakan bahwa dirinya akan merasa "terhormat" untuk bertemu dengan pemimpin Korut, Kim Jong-Un di bawah kondisi yang tepat.

Otoritas Korea Utara (Korut) menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) harus mengubah kebijakan permusuhannya terhadap Pyongyang sebelum menggelar pembicaraan antara kedua negara.

No comments

Powered by Blogger.